Halaman

K A P I T A S E L E K T A

Minggu, 13 Juni 2010

Jurnalisme warga

Diposting oleh kapitaselekta_fikomuntar di 10.35
Pertemuan 7 Jurnalisme warga Jurnalisme warga adalah jurnalis yang menempatkan warga sebagai subyek nya. Contoh dari kegiatan jurnalisme warga adalah ketika di Indonesia terjadi bencana alam tsunami, dll. Gambar yang didapat bukan diperoleh dari wartawan, tapi dari video amatir warga. Karena warga tidak hanya menjadi informan, melainkan juga bisa menjadi wartawan. Fungsi media dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, Ruang Publik dan Institusi sosial. Yang maksudnya adalah: • Ruang Publik (ruang yang hanya relevan untuk urusan bersama, yang didalamnya bisa membahas semua orang) • Institusi sosial (melayani kepentingan masyarakat) Media massa merupakan salah satu dari ruang publik. Berita ( Ruang Publik) • Berita, hardnews, softnews, feature, investigative news, dll • Wawancara • Talkshow Parameternya adalah nilai berita dan kode etik. Non berita (Ruang Privat) • Opini, rubric bagi masyarakat untuk menulis pendapatnya tentang dunia luar (tulisan bersifat ilmiah). • Surat pembaca, sama seperti opini, tetapi tampilan lebih pendek dan bukan tulisan bersifat ilmiah. • Tajuk rencana, sikap media terhadap issue tertentu. • Iklan • Berita, karya jurnal yang harus mengandung berbagai macam syarat seperti liputan 2 sisi, dll. Parameternya adalah kepantasan Ruang Publik (sopan atau tidak, fakta, dll), proporsionalitas, kode etik. Yang termasuk dalam nilai berita adalah: • Aktualitas • Akurasi • Keberimbangan (mewawancarai pihak yang besangkutan) • Relevansi publik • Prominensi • Magnitude • Proksimitas • Kompetensi dasar • Konflik Kode etik jurnalistik : • Berita tidak boleh berisi prasangka (harus fakta) • Mengandung konfirmasi • Tidak sarkastis (kasar), sadistis (sadis), dan pornografis (porno) • Menggunakan bahasa yang benar Dilemma jurnalisme warga adalah: • Kecepatan vs Kelengkapan/kedalaman (detik.com, viva news, kompas.com, dll) • Partisipatory vs Esensi/ kualitas jurnalistik (Facebook, Twitter, dll) • Ruang privat vs Ruang publik • Urusan privat vs Urusan publik Urgensi jurnalisme warga ( Facebook, Twitter, dll dapat digunakan warga untuk mengungkapkan hal-hal tersebut.) • Keterbatasan ruang untuk partisipasi politik warga • Pemberitan media yang elitis (tidak begitu banyak membahas urusan masyarakat di akar rumput.) • Pemilihan sumber berita pada pemberitaan media yang melulu berorientasi kepada sumber” elit (pemerintah, DPR, pakar, intelektual, aktivis.) Autisme media (media yang tidak memikirkan apa maunya publik) • Media yang asyik dengan dirinya sendiri • Menentukan segala priorotas pemberitaan pertama-tama berdasarkan agenda, nilai, orientasi, dan keyakinannya sendiri, bukan berdasarkan minat, kepentingan dan kebutuhan pembaca.) • Media yang tidak benar-benar menyadari pelibatan publik dalam penetuan agenda setting • Mayoritas adalah pemberitaan satu sisi, tidak berimbang, tidak ada konfirmasi, dan cenderung menghakimi obyek berita. • Media online mengguanakan prinsip follow up news, bahwa confirm narasumber dapat ditunda pada berita selanjutnya. Siapapun pelaku jurnalisme warga harus memahami benar bahwa media adalah Ruang publik. posting by: Jessica Pricilia dosen: Agus Sudibyo

0 komentar on "Jurnalisme warga"

Posting Komentar

Minggu, 13 Juni 2010

Jurnalisme warga

Pertemuan 7 Jurnalisme warga Jurnalisme warga adalah jurnalis yang menempatkan warga sebagai subyek nya. Contoh dari kegiatan jurnalisme warga adalah ketika di Indonesia terjadi bencana alam tsunami, dll. Gambar yang didapat bukan diperoleh dari wartawan, tapi dari video amatir warga. Karena warga tidak hanya menjadi informan, melainkan juga bisa menjadi wartawan. Fungsi media dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, Ruang Publik dan Institusi sosial. Yang maksudnya adalah: • Ruang Publik (ruang yang hanya relevan untuk urusan bersama, yang didalamnya bisa membahas semua orang) • Institusi sosial (melayani kepentingan masyarakat) Media massa merupakan salah satu dari ruang publik. Berita ( Ruang Publik) • Berita, hardnews, softnews, feature, investigative news, dll • Wawancara • Talkshow Parameternya adalah nilai berita dan kode etik. Non berita (Ruang Privat) • Opini, rubric bagi masyarakat untuk menulis pendapatnya tentang dunia luar (tulisan bersifat ilmiah). • Surat pembaca, sama seperti opini, tetapi tampilan lebih pendek dan bukan tulisan bersifat ilmiah. • Tajuk rencana, sikap media terhadap issue tertentu. • Iklan • Berita, karya jurnal yang harus mengandung berbagai macam syarat seperti liputan 2 sisi, dll. Parameternya adalah kepantasan Ruang Publik (sopan atau tidak, fakta, dll), proporsionalitas, kode etik. Yang termasuk dalam nilai berita adalah: • Aktualitas • Akurasi • Keberimbangan (mewawancarai pihak yang besangkutan) • Relevansi publik • Prominensi • Magnitude • Proksimitas • Kompetensi dasar • Konflik Kode etik jurnalistik : • Berita tidak boleh berisi prasangka (harus fakta) • Mengandung konfirmasi • Tidak sarkastis (kasar), sadistis (sadis), dan pornografis (porno) • Menggunakan bahasa yang benar Dilemma jurnalisme warga adalah: • Kecepatan vs Kelengkapan/kedalaman (detik.com, viva news, kompas.com, dll) • Partisipatory vs Esensi/ kualitas jurnalistik (Facebook, Twitter, dll) • Ruang privat vs Ruang publik • Urusan privat vs Urusan publik Urgensi jurnalisme warga ( Facebook, Twitter, dll dapat digunakan warga untuk mengungkapkan hal-hal tersebut.) • Keterbatasan ruang untuk partisipasi politik warga • Pemberitan media yang elitis (tidak begitu banyak membahas urusan masyarakat di akar rumput.) • Pemilihan sumber berita pada pemberitaan media yang melulu berorientasi kepada sumber” elit (pemerintah, DPR, pakar, intelektual, aktivis.) Autisme media (media yang tidak memikirkan apa maunya publik) • Media yang asyik dengan dirinya sendiri • Menentukan segala priorotas pemberitaan pertama-tama berdasarkan agenda, nilai, orientasi, dan keyakinannya sendiri, bukan berdasarkan minat, kepentingan dan kebutuhan pembaca.) • Media yang tidak benar-benar menyadari pelibatan publik dalam penetuan agenda setting • Mayoritas adalah pemberitaan satu sisi, tidak berimbang, tidak ada konfirmasi, dan cenderung menghakimi obyek berita. • Media online mengguanakan prinsip follow up news, bahwa confirm narasumber dapat ditunda pada berita selanjutnya. Siapapun pelaku jurnalisme warga harus memahami benar bahwa media adalah Ruang publik. posting by: Jessica Pricilia dosen: Agus Sudibyo

0 komentar:

Posting Komentar

 

kapita selekta_fikom untar Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez